Selasa, 08 Oktober 2013

proses pencucian fim radiografi

film radiografi yang belum terekspose akan di gunakan dalam pemeriksaan radiologi untuk menegakkan diagnosa, film yang sudah digunakan tersebut akan dilanjutkan ke dalam proses pencucian atau proses membuat hasil radiografi. proses pembuatan hasil radiografi saat ini berbeda-beda, ada yang masih menggunakan proses manual atau konvensional ada pula yang menggunakan prosesing automatic. Berikut penjelasan tentang pencucian film manual dan automatic processing.
Dalam pencucian film radiologi secara manual, dimana membuat gambaran radiografi yang permanen dan tampak. Tahapan pengolahan film secara utuh terdiri dari pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian (washing), dan pengeringan (drying).
1.      Pembangkitan(developing)
a.      Sifat dasar
Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak. Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran tidak akan terjadi perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam penghitaman bagian-bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh film. Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film.

b. Bayangan laten (latent image)
Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida negative (AgBr) yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal lattice). Ketika film mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya akan berinteraksi dengan ion bromide yang menyebabkan terlepasnya ikatan elektron. Elektron ini akan bergerak dengan cepat kemudian akan tersimpan di daiam bintik kepekaan (sensitivity speck) sehingga bermuatan negatif. Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion perak positif yang bergerak bebas untuk masuk ke dalamnya lalu menetralkan ion perak positif menjadi perak berwarna hitam atau perak metalik. Maka terjadilah bayangan laten yang gambarannya bersifat tidak tampak. Kejadian ini tergambar melalui reaksi kimia sebagai berikut:

AgBr  Ag + + Br -
Br - + radiasi  Br - + e -
SS + e -  SS -

SS - + Ag +  Ag
 
a.      Larutan developer terdiri dari:  
1)      Bahan pelarut (solvent): Bahan yang dipergunakan sebagai pelarut adalah air bersih   yang tidak mengandung mineral.
2)      Bahan pembangkit (developing agent): Bahan pembangkit adalah bahan yang dapat mengubah perak halida menjadi perak metalik. Di dalam lembaran film, bahan pembangkit ini akan bereaksi dengan memberikan elektron kepada kristal perak bromida untuk menetralisir ion perak sehingga kristal perak halida yang tadinya telah terkena penyinaran menjadi perak metalik berwarna hitam, tanpa mempengaruhi kristal yang tidak terkena penyinaran. Bahan yang biasa digunakan adalah jenis benzena (C6H6). Reaksi kimia yang terjadi antara bahan pembangkit dengan film dapat dilihat sebagai berikut:
 Ag + Oksida bahan pembangkit + Br - + H+àAg Br + Bahan pembangkit .
3)      Bahan pemercepat (accelerator): Bahan developer membutuhkan media alkali (basa) supaya emulsi pada film mudah membengkak dan mudah diterobos oleh bahan pembangkit (mudah diaktifkan). Bahan yang mengandung alkali ini disebut bahan pemercepat yang biasanya terdapat pada bahan seperti potasium karbonat (Na2CO3 / K2CO3) atau potasium hidroksida (NaOH / KOH) yang mempunyai sifat dapat larut dalam air.
4)      Bahan penahan (restrainer): Fungsi bahan penahan adalah untuk mengendalikan aksi reduksi bahan pembangkit terhadap kristal yang tidak tereksposi, sehingga tidak terjadi kabut (fog) pada bayangan film. Bahan yang sering digunakan adalah kalium bromida.
5)      Bahan penangkal (preservatif): Bahan penangkal berfungsi untuk mengontrol laju oksidasi bahan pembangkit. Bahan pembangkit mudah teroksidasi karena mengabsorbsi oksigen dari udara. Namun bahan penangkal ini tidak menghentikan sepenuhnya proses oksidasi, hanya mengurangi laju oksidasi dan meminimalkan efek yang ditimbulkannya
6)      Bahan-bahan tambahan: selain dari bahan-bahan dasar, cairan pembangkit mengandung pula bahan-bahan tambahan seperti bahan penyangga (buffer) dan bahan pengeras (hardening agent). Fungsi dari bahan penyangga adalah untuk mempertahankan pH cairan sehingga aktivitas cairan pembangkit relatif konstan. Sedangkan fungsi dari bahan pengeras adalah untuk mengeraskan emulsi film yang diproses.


1.      Pembilasan (rinsing)
Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan pembangkit akan terbawa pada permukaan film dan juga di dalam emulsi filmnya. Cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya.
Cairan pembangkit yang tersisa masih memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan walaupun film telah dikeluarkan dari larutan pembangkit. Apabila pembangkitan masih terjadi pada proses penetapan maka akan membentuk kabut dikroik (dichroic fog) sehingga foto hasil tidak memuaskan.
Proses yang terjadi pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi pembangkitan dengan membuang cairan pembangkit dari permukaan film dengan cara merendamnya ke dalam air. Pembilasan ini harus dilakukan dengan air yang mengalir selama 5 detik

2.      penetapan(fixing)
a.      sifat dasar
       Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa mengubah gambaran perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara mengubahnya menjadi perak komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam air kemudian selanjutnya akan dihilangkan pada tahap pencucian. 
Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film. Pada proses ini juga diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan untuk mengendalikan akibat penyerapan uap air.

   b. Larutan fixer terdiri dari: 
1)      Bahan penetap (fixing agent).
Dipilih bahan yang berfungsi mengubah perak halida. Bahan ini bersifat dapat bereaksi dengan perak halida dan membentuk komponen perak yang larut dalam air, tidak merusak gelatin, dan tidak memberikan efek terhadap bayangan perak metalik. Bahan yang umum digunakan adalah natrium thiosulfat (Na2S2O3) yang dikenal dengan nama hypo. Reaksi kimia yang terjadi pada film adalah sebagai berikut:

Na2S2O3 + AgBr = Na2Ag(S2O3)2) + NaBr
2)      Bahan pemercepat (accelerator).
Untuk menghindari kabut dikroik dan timbulnya noda kecoklatan, biasanya digunakan asam yang sesuai. Karena pembangkit memerlukan basa dalam menjalankan aksinya, maka tingkat keasaman cairan penetap akan menghentikan aksinya. Asam kuat seperti asam sulfat (H2SO4) akan merusak bahan penetap dan mengendapkan sulfur.  Maka bahan pengaktif yang umumnya dipergunakan adalah asam lemah seperti asam asetat (CH3COOH). Akan tetapi dengan penggunaan asam lemah ini masih terjadi pengendapan sulfur. Untuk mengatasi hal ini maka dipergunakan bahan penangkal.
3)       Bahan penangkal (preservatif).
Untuk menghindari adanya pengendapan sulfur maka pada cairan penetap ditambahkan bahan penangkal yang akan melarutkan kembali sulfur tersebut. Bahan penangkal yang digunakan adalah natrium sulfit, natrium metabisulfit, atau kalium metabisulfit.
4)       Balian pengeras (hardener).
              Bahan ini digunakan untuk mencegah pembengkakan emulsi film yang berlebihan. Pembengkakan emulsi akan membuat perak bromida mudah terkelupas dan pengeringan film yang tidak merata. Bahan yang digunakan biasanya adalah potassium alum [K2SO4Al3(SO4)2H2O], aluminium sulfat [Al2(SO4) 3].
5)       Bahan penyangga (buffer).
Digunakan untuk mempertahankan pH cairan agar dapat tetap terjaga pada nilai 4 - 5. Bahan yang digunakan adalah pasangan antara asam asetat dengan natrium asetat, atau pasangan natrium sulfit dengan natrium bisulfit.


6)       Pelarut (solvent).
Pelarut yang umum digunakan adalah air bersih.
3.      Pencucian (washing)
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu dalam keadaan bersih.
 
4.          Pengeringan (drying)
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefak.
Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.


pencucian film dengan menggunakan automatic processing

 Automatic processing merupakan pengolahan film radiografi dengan menggunakan mesin pengolahan film untuk melakukan pekerjaan pengolahan film yang sebelumnya dilakukan dengan cara manual yang dilakukan oleh manusia.
Ø  alasan digunakannya automatic processing:
a.      lebih cepat dalam pengolahan film dibandingkan dengan pengolahan manual, 90- 120 s
b.      pekerjaan menjadi lebih praktis dan lebih bersih
c.       lebih menghemat luas kamar gelap
d.       meminimalisir pengeluaran radiologi



-         sistem Transportasi  Roler
 Sistem roler transportasi terdiri dari, penggerak utama, dan sejumlah rolern penggerak film pada tangki cairan.

  




    



a.   Ketika film ini ditempatkan di baki dua roler menarik film tersebut ke dalam mesin. Sebuah tombol mikro biasanya digunakan sebagai alat pengaman untuk memperingatkan operator ketika lebih dari satu film ditempatkan dalam mesinpada saat yang sama. Juga, saklar mikro akan aktif ketika sistem sedangberoperasi.
b.      Film ini bergerak sirkuler melalui jalurnya dan vertikal ke bawah masuk kedalam cairan developer melalui serangkaian roler menyusun susunan roler lalu bergerak vertikal ke atas, melewati rol yang lain. Bergerak dengan cara yang sama melalui bahan kimia.
c.  Roler bergerak melewati rangkaian roler melalui poros penggerak utama dijalankan oleh motor penggerak. Melalui 
serangkaian roda gigi, gir, gerakan mekanik   yang  diberikan  kepada  rol  dari  penggerak  utama. 

  - Sistem Sirkulasi Penyaringan
Pergerakan sistem roller menekan emulsi film masuk dan keluar darideveloper, fixer dan air, memberikan proses untuk membangkitkan danmeningkatkan kecepatan reaksi. Sistem ini digunakan untuk meningkatkanreaksi. Pompa sirkulasi untuk menyaring cairan melalui filter untuk menjagabahan kimia bercampur dan juga menjaga tetap bersih dalam keadaanagitasi. Nilai batas penyaringan air Penyaring air : filter 50 µm, tiap 3 bulan diganti, water flux : 0,95 - 5,71/min

                    
-          Sistem  Replenishera
a. Setiap film melewati prosesing otomatis, akan merubah bahan kimia darideveloper dan fixer. Untuk mengimbangi kekurangan  yang dihasilkan, cairandeveloper baru dan fixer dalam jumlah tertentu yang diukur memompa cairanke dalam tangki.
b. ada dua tangki, yang disebut replenisher tangki, di mana fixer dan developerdisimpan. Tank-tank dilindungi dengan penutup debu dan untuk mengurangi oksidasi.
c. Ketika film ini awalnya dimasukkan ke dalam processing, maka akanmengaktifkan tombol mikro, tombol mikro menyalakan pompa replenisherdan cairan baru dipompa ke dalam system tambahan.d. Tangki pengisian harus diperiksa mingguan dan diisi ulang secara berkala.Perawatan harus dilakukan untuk memastikan bahwa cairan yang tidak terkontaminasi.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar